Monday, November 21, 2016

Sekarang 5.5

Lima lambang tak penuh
Lima hanya setengah
Seperti setangkup roti habis separuh
Di malam purnama sebagian

Berkawan pepatah penikmat tebu
Ku bercermin, tak utuh jiwaku
Hanya sisa debu berkarat
Pantas pudar tak terawat

Di bawah terik satu mentari
Menjadi remah terbawa angin
Takkan bertemu walau sekali
Semoga jumpa setelah mati

Di kolong tujuh mentari
Di padang yang maha luas
Mohon izin-Mu Ya Robbi
Genapkan jiwa yang bias

Friday, November 11, 2016

Setapak

Ku pegang tanganmu
Ku papah kau melangkah
Terus ...Walau kaki tergerus
Walau harus merangkak

Aku tahu
Suatu pagi kau kan tegap berdiri
Berdikari, berjalan berlalu pergi
Hari itu kan datang pasti 

Tapi Ku tak tahu
Apakah di lain pagi, tak ku lirik lagi
Setapak yang tlah kau lalui
Dan melangkah ke setapak yang lain

Saturday, October 29, 2016

Mu

Yang kau ingin menari di bawahnya meski harus basah
Yang memelukmu dan membuat kedinginan
Yang menenangkan juga buatmu khawatir
Yang mengerti hatimu atau sebabmu ingin dimengerti
Yang ada di sudut matamu dan jatuh membelai pipimu
Yang selalu datang dan pasti kan pergi
Yang rindunya tak bisa kau lepaskan kala bertemu
Yang kau cintai dengan segala benci yang mengikuti
Akulah...
Yang tak mau jadi itu untukmu

Tapi bila kau risaukan kemarau
Inginkan hari cerah di atasmu, 
tanah subur di kakimu,
hirup udara segar,
dengar alam berkicau,
dan hangatnya desir angin
Akulah...
Hujan untukmu

Friday, October 21, 2016

21

Satu
Dua
Berasal dari Yang Satu
Terlahirlah dua

Satu yang dua bersama
Satu yang dua berpadu
Berawal satu-satu menjadi dua
Dari dua menjadi satu

Sejak hari dua satu
Jalan berdua menuju satu
Meski langkah kerap mendua
Sekali satu tetap satu

Dua kalbu, dua rindu
Satu aku, satu kamu
Dua kita, dua raga
Satu jiwa, satu cinta

Saturday, September 10, 2016

Cacat sempurna

Rintik
Rintik cerah hujan sedikit
Mengelus langit pagi kelabu
Tanpa kabut dan embun membeku
Menanti surya duduk bertahta
Nampak canggung dan cacat sempurna


Laju
Laju tubuh angin lalu
Menapak mimpi hidup menua
Tanpamu pulang ke rumah senja
Seorang diri disambut sunyi
Bernyawa hampa tak kunjung mati


Sama
Sama sebelum berbeda
Tak lagi jari menghitung hari
Saat bersama dirimu kasih
Bulan berganti tak ku hirau
Terdampar hati di masa lampau


Mau?
Maukah engkau ucapkan lagi?
Beratnya rindu akan hadir ku
Apa hanya rasa ku yang begitu?
Berharap Dewi ada di sana
Menunggu pulang ingin berjumpa

Friday, September 2, 2016

Sukajadi Ciganitri

S’telah sendiri
Jumpa kembali
Sang bidadari
Di malam ini

Tak ada pikir
Rengkuh jemari
Kau peluk lagi
Kisah dan kasih

Tangan ku raih
Jiwa mentari
Raga berapi
Cinta bersemi

Rasa melangit
Bagaikan air
Lelehkan api
Hampir mustahil

Wahai ilahi
Yang t’lah terjadi
Tak ku mengerti
Tak ku sadari

Harap di hati
Detik berhenti
Tetap begini
Terus abadi...

Mengapa tapi?
Sang permaisuri
Terisak tipis
Terjatuh tangis

Bukankah tadi
Bagai merpati
membumbung tinggi
dan tak bertepi?

Apa dia sedih?
Tersayat perih?
Dan tersakiti?
Oh jangan lagi

Atau bermimpi?
Rindu tak henti?
Haru di hati?
Aku disini

Adinda Putri
Sungguh tak ingin
Lepas mu lagi
Menjauh pergi

Sukajadi Ciganitri...

Kan jadi memori
Kuat terpatri
Asa dan janji
Tuk kita nanti

Coba kembali
Saling bersanding
Melebur diri
Bersatu lagi...

Katanya:

"Jika kita tidak melakukan apapun sekarang, maka kita tidak akan memiliki masa depan, dan jika kita tidak berusaha untuk masa depan maka kita tidak akan melakukan dan mendapatkan apapun sekarang ini"